Perjalanan Hidup Didi Kempot

Belum lama ini dunia seni Indonesia diguncang kabar duka, salah satu Maestro musik campursari kita, Didi Kempot, meninggal dunia. Beliau meninggal pada 5 Mei 2020 pukul 07.30 WIB di Solo Jawa Tengah pada usianya yang ke 53 tahun.

Berita ini sangatlah membuat semua pihak merasa terkejut karena terjadi secara tiba – tiba. Banyak orang yang mengucapkan bela sungkawa melalui media sosial. Ini membuktikan kalau Didi Kempot telah mengambil posisi di hati masyarakat.

Musisi yang memiliki julukan “The God Father of Brokenheart” karena lagu – lagunya yang memiliki nuansa patah hati ini memiliki perjalanan hidup yang inspiratif sebelum akhirnya berhasil menjadi Maestro terpandang di Indonesia.

Berikut ini sudah kami rangkum kisah dari perjalanan hidup Didi Kempot yang sangat inspiratif.

Kisah Hidup Inspiratif Didi Kempot

Sebelum terkenal, perjalanan karir Didi Kempot dimulai pada tahun 1984, ketika itu dirinya masih menjadi seorang pengamen. Dengan modal ukulele dan gendang, penyanyi ini mulai mengamen di Solo, Jawa Tengah, selama 3 tahun.

Kemudian ia pindah ke Yogyakarta dan menjadikan Malioboro sebagai tempat baru untuk menunjukkan keahliannya. Selama itu Didi Kempot menyanyikan keroncong dangdut yang kemudian masyarakat kenal sebagai musik campursari.

Di tahun 1988 penyanyi campursari ini akhirnya mulai menginjakkan kaki di Jakarta, inilah pertama kalinya kaset rekaman Didi Kempot dilirik oleh label Musica Studio. Namun sebelum itu, rekaman Didi Kempot kerap kali ditolak oleh studio rekaman.

Akhirnya di tahun 1989, ia mulai meluncurkan album pertamanya dengan salah satu lagu andalannya adalah Cidro. Lagu ini terinspirasi dari kisah asmara Didi Kempot yang tidak berakhir dengan baik. Jalinan asmara yang dia jalani tidak disetujui oleh orang tua. Inilah yang membuat lagu Cidro terdengar sangat menyentuh.

Sejak saat itu Didi Kempot sering kali menuliskan lagu dengan tema patah hati. Karir Didi Kempot tidak berhenti hanya sampai disitu saja, ia mulai mengepakkan sayap ke luar negeri di tahun 1993. Negara yang pernah ia sambangi adalah Amerika Selatan dan lagu Cidro membuat pamornya sebagai musisi yang terkenal di sana.

Benua Eropa tak luput Didi Kempot sambangi kala itu, tepatnya di tahun 1996. Bahkan lagu Layang Kangen ia garap dan rekam di Rotterdam, Belanda. Setelah itu di tahun 1998, Didi Kempot kembali ke Indonesia dan memulai lagi profesinya sebagai musisi.

Tak lama setelah kembali ke Indonesia, ia mengeluarkan lagu stasiun balapan pada tahun 1999. Ternyata lagu ini membuat karir dari Didi Kempot semakin menanjak. Dibuktikan dengan terus keluarnya lagu – lagu baru dari Didi Kempot yang selalu laris dipasaran.

Meski namanya sudah dikenal, Didi Kempot dikenal sebagai pribadi yang sangat rendah hati dan suka berbaur dengan penggemarnya. Pembawaannya sangatlah santai dan juga tampak apa adanya. Itu yang membuat dirinya mudah untuk diterima semua golongan. Bahkan golongan millennial banyak yang menjadikan Didi Kempot sebagai idola mereka.

Didi Kempot sendiri memperlakukan penggemar layaknya sahabat, ia bahkan tidak ragu untuk mengajak penggemar naik ke atas panggung untuk bernyanyi dan menari bersama. Dia sering memberikan motivasi kepada para penggemar agar tidak pernah menyerah dalam berkarya.

Kini Didi Kempot telah pergi meninggalkan kita selamanya, namun ia meninggalkan karya – karya yang tidak akan lekang oleh waktu. Semoga ia akan terus dikenang dengan baik di hati masyarakat Indonesia dan dunia.